Bahaya Riya
Fokuslah untuk terus berbuat baik
Tidak usah mempedulikan
Orang tau atau tidak
Orang berterimakasih atau tidak
Orang mengakui atau tidak
Orang menghargai atau tidak
Orang balas budi atau tidak
Semua itu benar-benar tidak penting
Tidak usah mempedulikan
Orang tau atau tidak
Orang berterimakasih atau tidak
Orang mengakui atau tidak
Orang menghargai atau tidak
Orang balas budi atau tidak
Semua itu benar-benar tidak penting
Yang penting adalah cukuplah Alloh yang menjadi saksi dan amal-amal kebaikan kita diterima, diridhoi Alloh.
Maka teruslah fokus untuk berbuat baik dan berbuat yang lebih baik lillahi ta ‘alaa.
Terbayang… Alangkah bahagianya jika kita menjadi orang yang baik hati
Yang benar-benar baik sampai ke lubuk hati terdalam..
Tak ada sombong
Tak ada riya
Tak ada ujub
Tak ada dengki
Tak ada kotor hati
MasyaAlloh…
Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).
“Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin
Abd al-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Ka’ab bin
luay bin Ghalib al-Quraiys al-Adawi berkata,”Aku pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya sahnya amal itu tergantung dengan
niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya. Jika
seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut
diterima oleh Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia
yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya
tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”(HR. Bukhari and
Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati
syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun
mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau
lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang
semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman :
‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah
berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya
(tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang
diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta
membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah
menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’
Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan
seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya
dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang
begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam
neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan
rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya
(mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan
nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan
shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku
melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau
dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang
dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Semoga kita bisa selalu menjaga keikhlasan dalam beramal hanya untuk Alloh semata. Aamiin
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
0 Komentar