Manakah yang Lebih Menakjubkan ?
Kisah menakjubkan yang disampaikan oleh seorang da’i. Sang da’i berkata : “Pelaku kisah ini bercerita kepadaku”:
“Suatu
hari aku bersafar dari Thoif menuju Riyadh bersama istri dan
anak-anakku. Akan tetapi di tengah jalan mobilku rusak. Tatkala itu
cuaca panas. Maka akupun berhenti di dekat salah satu pom bensin
(*tempat peristirahatan yang juga lengkap dengan warung serta bengkel).
Maka aku mengecek mobilku dengan memanggil seorang montir yang ada di
bengkel disekitar pom bensin tersebut. Sang montir mengabarkan bahwa
mobilku rusak berat, mesin penggeraknya rusak, hanya bisa diperbaiki di
Thoif atau di Riyadh.
Maka akupun berdiri di bawah terik
matahari, sementara istri dan anak-anakku tetap berada di dalam mobil.
Aku tidak tahu apa yang harus aku kerjakan…, anak-anakku bagaimana…?,
istriku?, mobilku?, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Orang-orang
melewatiku dan melihat kondisiku akan tetapi tidak seorangpun yang
menyapaku, semuanya lewat dengan cuek. Hingga akhirnya tidak berapa lama
kemudian ada seseorang yang lewat dan berkata, “Semoga Allah
menolongmu…, semoga Allah memberi kemudahan padamu”. Ini adalah orang
yang terbaik yang lewat, ia mendoakanku. Tak lama kemudian ada seseorang
yang keluar dari pom bensin lalu berhenti di mobilku yang rusak lalu
menyapaku,
“Assalaamu’alaikum”, Aku berkata, “Wa’alaikum
salam”. Ia berkata, “Ada apa dengan mobilmu, semoga baik-baik saja?”.
Aku berkata, “Mobilku rusak”. Rupanya orang ini punya keahlian tentang
mesin mobil. Maka ia berkata, “Coba aku cek dulu ada apa dengan
mobilmu…”. Setelah mengecek lalu ia berkata, “Ini rusak berat, tidak
bisa diperbaiki”.
Aku berkata, “Lantas solusinya bagaimana?”. Ia
lalu menyampaikan sebuah ide yang selama hidupku tidak pernah aku
mendengar ide seperti ini, padahal ia tidak mengenalku dan aku tidak
mengenalnya.
Ia berkata, “Akhi.., engkau membawa keluarga
sedangkan aku hanya sendirian…, engkau masukkan saja istri dan
anak-anakmu ke mobilku terus bawalah mobilku, lanjutkan perjalananmu ke
Riyadh, dan bertawakkallah kepada Allah. Adapun aku gampang…, aku akan
nungguin mobilmu, aku minum kopi di warung, dan aku makan siang….
Perjalananmu masih sekitar 400 km. Kalau kamu sudah sampai di Riyadh
maka antarkan keluargamu di rumahmu, lalu kirim aja mobil pengangkut
dari Riyadh untuk menjemput aku dan mobilmu. Aku akan menunggui mobilmu
sampai datang mobil penjemput !!”.
Aku berkata, “Wahai saudaraku…, engkau tidak mengenalku…bagaimana engkau memberikan mobilmu kepadaku !!”.
Ia berkata, “Perkaranya biasa aja…kan mobilmu juga sama aku, mobilku sama kamu”
Aku
sungguh heran dengan sikap orang ini. Ia lantas segera mengeluarkan
barang-barangku dari mobilku dan memasukannya ke mobilnya, lantas ia
berkata…”Silahkan jalan, bertawkkallah kepada Allah”.
Maka
akupun melanjutkan perjalananku hingga aku tiba di Riyadh di waktu
maghrib, lalu akupun menyewa mobil pengangkut untuk menjemputnya dan
mobilku. Dan ternyata mobil pengangkut tersebut baru sampai pada
keesokan paginya. Hingga akhirnya ia baru sampai di Riyadh di waktu
dzuhur. Begitu sampai Riyadh aku segera menemuinya untuk mengembalikan
mobilnya. Aku berkata kepadanya, “Apa yang kau kehendaki..?, mungkin ada
yang kau butuhkan…??, aku ingin membalas kebaikanmu”
Ia berkata, “Alhamdulillah…aku tidak melakukan apa-apa buatmu…mobilku sekarang kembali dan mobilmu juga sudah sampai ke Riyadh”
Aku berkata, “Kalau begitu, aku minta nomor teleponmu”, iapun memberikan nomor teleponnya dan kamipun berkenalan sebentar.
Setelah
itu berjalanlah hari…berlalulah minggu…lewatlah bulan.. hingga suatu
hari akupun berkumpul dengan sahabat-sahabatku membicarakan tentang
perbuatan-perbuatan baik. Lalu aku ceritakan kepada mereka kisahku ini,
tentang pertolongan dari seseorang yang aku tidak pernah mengenalnya dan
ia tidak pernah mengenalku. Sungguh aku tidak menyangka ada kebaikan
lagi di dunia ini hingga akhirnya aku bertemu dengan orang ini. Ia telah
berbuat baik kepadaku.
Akupun teringat bahwasanya sudah
lama aku tidak meneleponnya, maka akupun mencari nomor teleponnya, lalu
akupun meneleponnya. Akan tetapi tenyata yang mengangkat telepon adalah
istrinya. Maka aku berkata, “Dimanakah si fulan?”, ternyata istrinya
menjawab dengan nada yang ketus, “Apalagi yang kalian inginkan…ia sudah
dipenjara !!!”. Akupun terperanjat, aku bertanya, “Kenapa dipenjara?”.
Istrinya dengan nada ketus berkata, “Kamu dan orang-orang yang sepertimu
selalu saja datang dan menagih-nagih hutang hingga akhirnya suamiku
dipenjara !!!”, Aku bertanya lagi, “Di penjara mana?”, maka istrinya
mengabarkan bahwasanya ia dipenjara di sebuah penjara di Riyadh.
Maka
keesokan harinya aku hendak berniat membalas kebaikannya. Maka akupun
membawa uang sejumlah 100 ribu real (*sekitar 250 juta rupiah) lalu aku
pergi menunju penjara tersebut. Aku menemui kepala penjara, lantas aku
bertanya kepadanya, “Apakah si fulan dipenjara di sini?”, ia berkata,
“Benar”. Aku berkata, “Masalahnya apa?”, ia berkata, “Karena masalah
hutang”. Akupun mengeluarkan uangku 100 ribu real, lalu aku berkata,
“Ini uang 100 ribu real, keluarkanlah ia dari penjara, dan jangan
beritahu dari siapa. Sampaikan saja bahwasanya ada seorang dermawan yang
memberikan, lunasi hutang-hutangnya dan keluarkanlah ia dari penjara”.
Kepala
penjara tersebut lalu memanggil orang ini dan mengabarkan kepadanya
bahwa ada orang yang ingin membebaskannya dengan menyumbangkan 100 ribu
real. Kepala penjara berkata kepadanya, “Ambillah uang ini, semoga
bermanfaat bagimu”. Akan tetapi ternyata ia berkata, “Jazaahullahu
khoiron, akan tetapi 100 ribu real ini tidak bermanfaat bagiku. Hutangku
3 juta real (*sekitar 7,5 milyar)”.
Rupanya orang ini
telah masuk dalam perdagangan dan mengalami kerugian hingga akhirnya
terlilit hutang sejumlah 3 juta real yang menyebabkan ia dipenjara
karena tidak mampu untuk melunasinya. Lantas ia berkata kepada kepala
penjara, “Ketahuilah uang 100 ribu real ini tidak bermanfaat
bagiku, akan tetapi gunakan uang ini untuk membebaskan orang-orang yang
dipenjara bersamaku yang kelilit utang 7 ribu real, atau 10 ribu real
atau 20 ribu real“. Akhirnya dengan uang ini ia bisa membebaskan lebih dari 7 orang dari teman-temannya yang dipenjara.
Kepala penjara berkata, “Aku
jadi bingung…manakah yang lebih menakjubkan…apakah perbuatan sang
dermawan yang telah menyumbangkan 100 ribu realnya tanpa ingin
diketahui…?, ataukah perbuatan orang yang dipenjara ini yang tidak
memiliki uang sepeserpun dan dalam kondisi dipenjara lantas memberikan
uang 100 ribu real untuk membebaskan teman-teman penjaranya??!!”
Setelah
2 atau 3 minggu kemudian maka aku kembali menelpon orang itu, dan
ternyata yang mengangkat telepon kembali adalah istrinya. Lalu
mengabarkan kepadaku bahwasanya suaminya masih saja dipenjara. Maka
akupun kaget, lalu kututup teleponku dan segera aku berangkat menemui
kepala penjara. Lalu aku berkata, “Akhi…3 minggu lalu aku kemari dan aku
memberikan kalian 100 ribu real untuk membebaskan si fulan, lantas
kenapa kalian belum membebaskannya?”. Kepala penjara berkata, “Wahai
akhi…hutangnya 3 juta real, hanya 100 ribu real tentu tidak bisa
membebaskannya. Akan tetapi wahai akhi…aku tidak tahu..mana yang lebih
aneh dan menakjubkan…apakah perbuatanmu ataukah perbuatannya”.
Lantas
kepala penjarapun menceritakan kepadaku apa yang telah terjadi. Maka
akupun terperangah….aku berkata, “Sungguh orang ini luar biasa…!!!”.
Lalu aku berkata kepada kepala penjara, “Kalau begitu berikan kepadaku
bukti-bukti hutangnya 3 juta real”. Kebetulan aku adalah orang yang
dilapangkan rizki dan juga aku punya banyak kenalan, maka akupun mencari
bantuan dengan menemui orang-orang kaya hingga akhirnya setelah 3 bulan
kemudian akupun bisa mengumpulkan 3 juta real, lalu akupun membayarnya
kepada kepala penjara untuk membebaskannya”.
Demikian ceritanya…diterjemahkan secara bebas oleh Ust. Firanda Andirja
Diterjemahkan dari http://www.youtube.com/watch?v=PFQ8u-FBSj4&feature=player_embedded
0 Komentar