Buku Tamu

Ibadah Sejalan dengan Akal

Adv_Widget

Ibadah Sejalan dengan Akal

Para ulama mengatakan, “al-‘aqlu manaathu at-takliif” akal adalah alasan yang menjadikan manusia dibebani kewajiban-kewajiban agama. Karena tanpa akal, manusia tidak akan mungkin mampu beribadah kepada Allah. Jika Allah tidak mengaruniakan akal kepada manusia, kemudian Allah memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya, niscaya hal itu akan termasuk bentuk pemberian beban yang tidak mungkin dapat dipikul.

Ibadah sangat sejalan dengan akal sehat. Orang yang memfungsikan akalnya dengan baik, ia akan tunduk kepada Allah dan mau beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, di dalam Al Qur`an, Allah sering mempertanyakan akal orang-orang kafir yang enggan mengabdikan diri mereka kepada Penciptanya. Allah kerap bertanya, “Tidakkah engkau berfikir? Tidakkah kalian berakal? Tidakkah mereka mengambil pelajaran?”

Allah juga sering mengabarkan, bahwa hanyalah orang-orang yang menggunakan akalnya, yang mampu mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya. Perhatikan dengan baik ayat-ayat berikut,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran [3]: 190)

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Shaad [38]: 29)

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az Zumar [39]: 21)

Manusia yang sombong, yang tidak mau beribadah kepada Allah berarti telah menyia-nyiakan akalnya. Derajatnya sama dengan makhluk yang tidak Allah karuniai akal. Allah juga kerap menyamakan derajat orang-orang kafir dengan binatang. Karena senyatanya, keduanya sama saja. Sama-sama tidak beribadah kepada pencipta-Nya.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

“dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad [47]: 12)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf [7]: 179)

إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

“Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al Furqan. [25]: 44)

Allah juga mengabarkan bahwa orang-orang kafir kelak di akhirat menyesal, karena mereka tidak mau mendengar dan menggunakan akal mereka untuk memahami kebenaran.

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
  
“dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”(QS. Al Mulk [67]: 10)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya, andai kami memiliki akal yang dapat kami manfaatkan, atau kami mendengar kebenaran yang Allah turunkan, niscaya kami dahulu tidak akan terjerumus kepada kekufuran dan terperdaya. Akan tetapi kami dahulu tidak mau memahami ajaran yang dibawa oleh para Rasul, tidak pula memiliki akal yang membimbing kami untuk mengikuti mereka.” (Tafsir Al Qur`an Al Adzim)

Wallahu ‘alam.
Rancabogo, Subang, Malam Jum’at, 21 Februari 2013

Penulis: Ustadz Abu Khaleed Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id

Posting Komentar

0 Komentar