yuk's like @[178190515563030:1]
insya Allah bermanfaat.
Ketika Bahagia Dan Celaka Telah Ditentukan
Sesungguhnya, seorang anak Adam, telah ditentukan oleh Allah, akan dimasukkan ke Surga atau Neraka jauh sebelum mereka dilahirkan, sebagaimana terdapat dalam hadits,
“Allah menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian
keluarlah keturunan yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk
pundak yang kirinya lalu keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti
arang.. Allah berfriman, ‘Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk
ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli dan mereka (yang seperti
arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak peduli.’” (Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir, lihat Shahihul Jami’ no: 3233)
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang membawa tongkat sambil digores-goreskan ke tanah seraya bersabda,
‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah mengetahui bahwa seseorang telah ditentukan akan dimasukkan
ke surga atau neraka, tentu akan timbul pertanyaan dan kesimpulan
berdasarkan akal logika manusia yang lemah, “Kalau begitu buat apa kita
beramal. Nanti udah capek-capek ibadah ternyata masuk neraka” atau
perkataan semisal itu.
Pertanyaan semisal ini pun banyak ditanyakan oleh para sahabat di
berbagai kesempatan. Salah satunya adalah pertanyaan seorang sahabat
ketika mendengar pernyataan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’
Maka para sahabat bertanya, ‘”Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah
kami tinggalkan amal shalih dan bersandar dengan apa yang telah
dituliskan untuk kami (ittikal)?”‘ (maksudnya pasrah saja tidak melakukan suatu usaha – pen)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Beramallah kalian! Sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa
yang diciptakan untuknya. Adapun orang-orang yang bahagia, maka mereka
akan mudah untuk mengamalkan amalan yang menyebabkan menjadi orang
bahagia. Dan mereka yang celaka, akan mudah mengamalkan amalan yang
menyebabkannya menjadi orang yang celaka” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca firman Allah, “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan
Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (HR. Bukhari, kitab at-Tafsir dan Muslim, kitab al-Qadar)
Contoh lain adalah ketika sahabat Umar bin Khaththab bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وسأله عمر هل نعمل في شئ نستأنفه ام في شئ قد فرغ منه قال
بل في شئ قد فرغ منه قال ففيم العمل قال يا عمر لا يدرك ذلك إلا بالعمل قال
إذا نجتهد يا رسول الله
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Umar: Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai
(belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan
takdirnya?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.”
Umar: Jika demikian, untuk apa amal?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.”
Umar: Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah!
(Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).
Sementara apa yang dilakukan sebagian orang dengan alasan ketetapan
tersebut, kemudian mereka pasrah bahkan kemudian bermudah-mudah, bahkan
melegalkan perbuatan maksiat maka hal ini tidak dibenarkan.
Mereka yang melakukan ini beranggapan, bahwa mereka berbuat maksiat
tersebut karena sudah ditetapkan, karena itu mereka tidak berdosa.
Sungguh pendapat ini sangat jauh dari kebenaran.
Untuk menjawab kerancuan ini, bahwa seseorang ketika melakukan
sesuatu, dia dihadapkan pada pilihan; melakukannya ataukah
membatalkannya. Sementara saat menghadapi pilihan tersebut, ia tidak
tahu apakah ia ditakdirkan melakukan kemaksiatan ataukah ketaatan.
Kemudian, ketika ia memilih melakukan kemaksiatan, itu merupakan
pilihannya namun keduanya terjadi berdasarkan takdir dari Allah. Lain
halnya dengan orang yang dipaksa melakukan pelanggaran, ia tidak
dihukum disebabkan melakukan pelanggaran tersebut, karena ia dipaksa
melakukannya, bukan berdasarkan pilihannya sendiri.
Jawaban lain bagi orang yang menjadikan takdir Allah sebagai
pembenaran maksiat yang dilakukannya adalah sebagaimana yang
dicontohkan oleh syaikh Utsaimin, bahwa ketika terjadi kasus semacam
ini, kita katakan kepadanya, “Engkau menyatakan bahwa Allah telah
mentakdirkanmu untuk melakukan maksiat sehingga engkau melakukannya,
mengapa engkau tidak menyatakan sebaliknya, bahwa Allah mentakdirkanmu
untuk melakukan ketaatan, sehingga engkau mentaati-Nya, sebab perkara
takdir adalah perkara yang sangat rahasia, tidak ada yang mengetahuinya
melainkan Allah ta’ala saja. Kita tidak tahu apa yang Allah
tetapkan dan takdirkan itu melainkan setelah kejadiannya. Mengapa tidak
engkau hentikan saja kemaksiatan itu, lalu engkau melakukan yang
sebaliknya (ketaatan) dan setelah itu engkau katakan bawah hal ini aku
lakukan dengan sebab takdir Allah.” (Syarah Hadits Arba’in)
Ini sebagaimana seseorang yang lapar, tentu orang itu tidak akan
diam saja agar kenyang. Tetapi ia akan berusaha untuk menghilangkan
rasa laparnya itu dengan makan. Tidak mungkin ia menunggu saja hanya
karena ia yakin sudah ditakdirkan akan kenyang. Demikianlah, karena
seseorang tidak tahu apakah yang akan terjadi atau yang telah
ditetapkan untuknya. Namun orang tersebut tentu tahu, agar kenyang atau
hilang rasa laparnya ia harus makan. Demikian pula seorang mukmin, ia
tahu bahwa untuk masuk surga maka ia harus berbuat ketaatan kepada
Allah.
pokoknya bantuin#share #like dan #comment ya :) :) :)
kami mempersembahkan artikel-artikel yang insya Allah akan menginspirasi.
jangan lupa like https://www.facebook.com/ci.tion untuk menambahkan informasi terbaru terkait penawaran paket wisata, pelatihan-pelatihan, snack and catering, lowongan kerja, les dan privat tingkat sd, smp, sma/sederajat, motivasi dan lainnya.
0 Komentar